Minggu, 29 Januari 2012

SURABAYA I SURYA Online - Kalau selama ini para peternak ikan dan pemilik tambak dipusingkan dengan terus melambungnya harga pakan pabrikan, saat ini tidak perlu lagi. Pakan ikan bisa dicarikan alternatif dengan bahan di sekitar kita yang melimpah.

Cukup dengan memanfaatkan jagung, ketela, singkong, dan katul, pakan ikan yang mahal dari pabrikan tersebut bisa digantikan dengan pakan alternatif ini. Selain biaya bisa ditekan, pakan buatan sendiri ini produktivitas ikan meningkat. “Tak hanya itu, dengan pakan buatan sendiri bisa menjaga kesuburan tanah dan kolam. Pakan pabrikan mengandung bahan kimia yang membahayakan,” ucap Muhammad Muntazirin, mahasiswa Teknik Elektro Universitas 17 Agustus 1945 (Untag)Surabaya, Kamis (8/9/2011).

Mahasiswa semester VII Untag ini berhasil membuat pakan ikan alami dengan memanfaatkan hasil pertanian dan bantuan bakteri. Jagung dan ketela itu dilembutkan dengan dicampur katul.

Alumnus santri Pondok Pesantren Gontor ini kemudian mencampurnya dengan air bakteri. “Bakteri bisa kita beli di apotik. Cairan bakteri ini diaduk secukupnya bersama jagung dan ketela yang dihaluskan. Ditambah ampas tahu semakin bagus,” kata Muntazirin.

Cukup dengan dua tutup botol bakteri botolan, sudah bisa memproduksi pakan ternak alami hingga 3 kg pakan. Setiap bulan jika memiliki tambah 500 meter persegi, biaya pakan tidak kurang dari Rp 1,2 juta.

Dengan pakan ikan alami, tak sampai Rp 100.000. “Kami sudah uji cobakan dan buktikan di tambak udang dan bandeng saya sendiri. Panen yang semula hanya 2 kwintal bisa 3 kwintal dalam dua bulan,” lanjut mahasiwa asal Desa Kuluran, Kecamatan Kalitengah, Lamongan ini.

Tidak sulit membuatnya. Petani ikan atau siapa pun bisa membeli botol bakteri seharga Rp 35.000 kapasitas 500 mili liter. Sementara jagung, ketela, dan katul sangat melimpah di sekitar kita.

“Keluarga dan tetangga di Lamongan banyak yang mengeluhkan mahalnya pakan ikan. Sudah tak baik untuk keberlangsungan tanah di tambak, pakan pabrikan merusak siklus hidup hewan air dan plankton yang dibutuhkan iakan,” urai Muhtazirin.

Mahal karena setiap satu sak pakan seberat 50 kg harganya Rp 200.000. Ini hanya untuk dua hari. Belum lagi bahan kimia pakan ikan pabrikan yang tidak ramah lingkungan.

Unsur hara tanah atau PH tanah dalam kolam sangat merasakan dampaknya. Tiga kalai panen, tanah tidak lagi sejuk dan panas. Belum lagi terhadap kesehatan ikan.

Muhtazirin menemukan pakan ikan alternatif yang murah dan melimpah itu setelah tak tahan mendengar rintihan orang tuanya. Keluarga selalu mengeluh harga pakan selalu naik. Harga ikan belum tentu mengikuti kenaikan.

Hal sama dikeluhkan petani ikan dan pemilik tambak di Ujung Pangkah Gresik. Saat KKN di tempat ini, petani ikan tak bisa berbuat apa-apa saat mendapati harga pakan pabrikan naik.

Saat ini, di seluruh kampung asal Muhtazirin di Lamongan makin beralih ke pakan murah ciptaannya. Begitu juga dengan di Gresik, semua merasakan hasil optimalnya. Perlu sosok Muhtazirin yang banyak agar petani ikan tak mengeluh pakan ternak lagi.

http://www.surya.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ikutan nimbrung yuk...