Selasa, 24 Januari 2012

sumberrejo gudang ikan





PENGENDALIAN HAMA





Serangan hama pada umumnya lebih banyak terjadi pada pendederan dan pembesaran karena kegiatan tersebut dilakukan di alam terbuka, sedangkan pembenihan dilakukan di ruangan tertutup. Hama ikan patin berukuran lebih besar dari pada ikan patin dan bersifat memangsa (predator), sehingga secara fisik mudah dikenali. Jenis-jenis hama tersebut dan cara pemberantasannya telah dijelaskan dimuka.

Penyakit yang sering menyerang ikan patin terdiri dari dua golongan yaitu penyakit infeksi yang timbul karena gangguan organisme patogen dan penyakit non infeksi yang timbul karena organisme lain. Penyebab penyakit infeksi adalah parasit, bakteri dan jamur yang dapat menular. Sedangkan penyebab penyakit non infeksi adalah keracunan dan kekurangan gizi.

Penyakit akibat infeksi :

  • Parasit adalah penyakit bintik putih (white spot), yang terjadi akibat infeksi Ichtyophthirius multifiliis yang biasanya menyerang benih berumur 1 – 6 minggu. Gejala serangan dicirikan dengan adanya bintik-bintik putih di lapisan lendir kulit, sirip dan lapisan insang dan berenangnya tidak normal. Penanggulangannya dengan menggunakan formalin yang mengandung Malachite Green Oxalate (FMGO) sebanyak 4 gram/liter air. Pencegahan pada ikan yang berukuran lebih besar adalah dengan perendaman selama 24 jam dalam FMGO dengan dosis 10 ml/m3 air seminggu sekali.
  • Bakteri yang menyerang ikan patin adalah Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. Serangan terjadi pada bagian perut, dada dan pangkal sirip disertai perdarahan. Gejalanya lendir di tubuh ikan berkurang dan tubuhnya terasa kasar saat diraba. Pencegahannya adalah dengan memusnahkan ikan yang mendapat serangan cukup parah agar tidak menulari ikan yang lain. Jika serangan belum parah dapat dilakukan pengobatan dengan cara perendaman menggunakan larutan Kalium Permanganat (PK) sebanyak 10-20 ppm selama 30-60 menit. Cara pengobatan lain adalah perendaman dalam larutan Nitrofuran sebanyak 5-10 ppm selama 12-24 jam atau dalam larutan Oksitetrasiklin sebanyak 5 ppm selama 24 jam. Selain perendaman, pengobatan dapat dilakukan dengan mencampurkan obat-obatan ke dalam makanan seperti Chloromycetin sebanyak 1-2 gram per kg makanan.
  • Jamur dapat menyerang ikan patin karena adanya luka-luka di badan ikan. Jamur yang sering menyerang adalah dari golongan Achlya sp. dan Saprolegnia sp. Ciri-ciri ikan patin yang terserang jamur adalah adanya luka di bagian tubuh terutama di tutup insang, sirip dan bagian punggung. Bagian-bagian tersebut ditumbuhi benang-benang halus seperti kapas berwarna putih hingga kecoklatan. Pencegahannya adalah dengan menjaga kualitas air yang sesuai dengan kebutuhan ikan dan menjaga agar tubuh ikan tidak terluka. Cara pengobatannya adalah dengan perendaman dalam larutan Malachite Green Oxalate dengan dosis 2-3 gram/m3 air selama 30 menit, diulang sampai tiga hari berturut-turut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pembudidaya di kabupaten OKI, serangan hama dan penyakit terhadap ikan patin yang dipelihara relatif sedikit. Gejala penyakit yang sering timbul adalah kurangnya nafsu makan ikan, terutama pada musim kemarau. Untuk mengatasi hal tersebut biasanya digunakan multivitamin Previta Fish P yang dicampur dalam makanan buatan sendiri atau pemberian makanan berupa pelet buatan pabrik yang sudah mengandung vitamin. Untuk serangan penyakit tertentu yang mengakibatkan kematian ikan digunakan obat Khemy dengan dosis pengobatan 1,5 sendok teh yang dicampur dalam pakan buatan sendiri.

PANEN

Pada umumnya panen pada pembesaran ikan patin dapat dilakukan setelah 6 – 12 bulan pada saat ikan mencapai ukuran berat satu kilogram. Ikan patin yang dipelihara di karamba jaring apung dengan ukuran awal 5 inci membutuhkan waktu selama 6 – 8 bulan untuk mencapai ukuran satu kilogram. Sedangkan ikan patin yang dipelihara dengan sistem fence dengan ukuran awal 1,5 – 2 inci membutuhkan waktu selama 8 – 12 bulan untuk mencapai ukuran satu kilogram. Pemanenan dilakukan secara selektif karena pertumbuhan ikan tidak seragam.

Cara panen ikan patin adalah dengan menggunakan serok atau alat tangkap lainnya. Penanganan saat pemanenan harus hati-hati dan menghindari adanya luka karena dapat menurunkan mutu dan harga jual ikan. Penangkapan langsung menggunakan tangan sebaiknya tidak dilakukan karena tangan bisa terluka terkena patil atau duri sirip ikan. Untuk menjaga mutu ikan yang dipanen, sehari sebelum dipanen biasanya pemberian pakan dihentikan (diberokan). Ikan patin yang dipanen dimasukkan dalam wadah yang telah diisi dengan air jernih sehingga ikan tetap hidup dan tidak stress.

PAKAN DAN PEMBERIAN PAKAN

Pakan harus mendapat perhatian yang serius karena pakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan berat ikan dan merupakan bagian terbesar dari biaya operasional dalam pembesaran ikan patin. Berdasarkan hasil penelitian para ahli perikanan, untuk mempercepat pertumbuhan ikan selama pembesaran, setiap hari ikan patin perlu diberikan makanan tambahan berupa pelet sebanyak 3 – 5% dari berat total tubuhnya. Pemberian pakan dilakukan secara bertahap sebanyak empat kali yaitu, pagi, siang, sore dan malam hari. Porsi pemberian pakan pada malam hari sebaiknya lebih banyak daripada pagi, siang dan sore hari, karena ikan patin lebih aktif pada malam hari.

Namun berdasarkan hasil wawancara dengan pembudidaya ikan patin di kabupaten OKI, terdapat perbedaan antara hasil penelitian tersebut dengan pemberian pakan yang dilakukan baik dalam hal jenis, jumlah dan saat pemberian pakan selama pembesaran. Pemberian pakan pada sistem karamba dan fence yang dilakukan di kabupaten OKI adalah sebagai berikut :

- Sistem Karamba :

Pemberian pakan berupa pelet buatan pabrik pada sistem karamba dilakukan sejak benih ditebar sampai saat ikan dipanen dengan jumlah pakan disesuaikan dengan umur ikan. Pemberian pakan dilakukan hanya satu kali pada sore hari. Dengan padat penebaran 1.250 ekor per karamba, pakan yang diberikan pada benih berumur 1-2 bulan adalah sebanyak 30 kg per bulan dan pada umur 3-6 bulan sebanyak 300 kg per bulan.

- Sistem fence :

Pemberian pakan berupa pelet buatan pabrik pada sistem fence dilakukan sejak benih ditebar di transito sampai benih berumur 2 bulan. Pada umur ikan 3 bulan pemberian pakan berupa pelet buatan pabrik ditambah dengan pakan ramuan sendiri. Dosis pakan per 12.500 ekor penebaran pada bulan pertama adalah 50 kg, pada bulan kedua 150 kg dan pada bulan ketiga 300 kg. Setelah umur ikan lebih dari 3 bulan pakan yang diberikan hanya pakan ramuan sendiri. Bahan baku untuk pembuatan pakan ramuan sendiri mudah diperoleh dan banyak terdapat di sekitar lokasi pembesaran ikan. Pembuatan pakan buatan sendiri dilakukan setiap pagi dan pemberian pakan dilakukan sekali sehari pada sore hari. Ada dua cara pembuatan pakan ramuan sendiri, yaitu :

(a). Pakan rebus :

Bahan baku pembuatan pakan rebus terdiri atas ikan asin kualitas rendah (below standard = BS), tepung katul dan dedak halus dengan komposisi sebagaimana terdapat pada Tabel 3. Jumlah bahan baku yang disediakan adalah untuk pemberian pakan bagi 10 ribu ekor ikan.

Tabel 3.
Komposisi Bahan Baku Pakan Rebus Buatan Sendiri

Bahan Baku

Komposisi menurut umur ikan di pembesaran (kg/hari)

4 bulan

5 bulan

6-7 bulan

8-10 bulan

a. Ikan asin BS

14

21

42

49

b. Tepung katul

30

45

90

105

c. Dedak halus

40

60

120

140

Jumlah

84

126

252

294

Sumber : Data primer

Adapun peralatan yang digunakan untuk pembuatan pakan adalah wadah dari tong (ukuran setengah drum), kompor pompa minyak tanah dan tungku masak. Cara membuatnya adalah sebagai berikut. Campuran bahan diramu di dalam tong dan ditambah air bersih, diaduk sampai rata dan direbus selama 2 jam, kemudian didinginkan. Setelah dingin, pakan yang masih diwadahi dalam tong atau dimasukkan kedalam karung plastik diangkut dengan perahu ke lokasi fence. Pemberian pakan dilakukan sekali dalam sehari pada sore hari dengan cara pakan dikepalkan dalam genggaman kemudian disebarkan di seluruh permukaan air. Menurut keterangan pembudidaya pemberian pakan dengan cara ini, hanya 75% pakan yang dapat dimakan oleh ikan, sedangkan sisanya 25% tidak termakan dan terbuang oleh arus air sungai yang mengalir.

(b). Pakan tidak dimasak :

Bahan baku untuk pembuatan pakan tidak dimasak terdiri dari dedak, ikan asin BS, ampas singkong, bekatul dan ampas tahu. Komposisi dan jenis bahan baku pembuatan pakan tidak dimasak buatan sendiri adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 4. Jumlah bahan baku pada tabel dipergunakan untuk memberikan pakan bagi 12,5 ribu ekor ikan.

Tabel 4.
Komposisi Bahan Baku Pakan Tidak Dimasak Buatan Sendiri

Bahan Baku

Komposisi menurut umur ikan di pembesaran (kg/hari)

3 bulan

4 bulan

5 bulan

6 bulan

7-10 bulan

a. Ikan asin BS

12

24

30

40

60

b. Tepung katul

12

24

30

40

60

c. Dedak halus

5

10

30

40

60

d. Ampas ubi kayu

10

20

30

40

60

e. Ampas tahu

11

22

30

40

60

Jumlah

50

100

150

200

300

Pengolahan pakan menggunakan seperangkat alat-alat mekanis yang dirancang sendiri. Peralatannya terdiri dari generator diesel berkekuatan 15.000 watt, mesin cincang daging (molen) ukuran besar 4 buah dan dinamo sebagai tenaga penggerak. Cara pembuatan pakan adalah sebagai berikut: Masing-masing bahan baku pakan ditimbang sesuai kebutuhan dan dicampur di dalam wadah ukuran persegi empat yang terbuat dari papan serta diaduk sampai rata, kemudian dimasukkan kedalam molen untuk diproses menjadi pelet. Kemudian pelet di tampung dalam wadah plastik, dijemur beberapa jam di sinar matahari dan siap untuk diberikan kepada ikan. Hasil pakan olahan hampir sama dengan pakan buatan pabrik yaitu pelet berbentuk silindris ukuran diameter 5 mm dan panjang 4 – 5 cm. Menurut keterangan pembudidaya pemberian pakan dengan cara ini lebih efektif karena sebanyak 99% pakan dapat dimakan oleh ikan, sedangkan sisanya sebanyak 1% terbuang bersama arus air sungai yang mengalir.

PAKAN IKAN PATIN

Peluang usaha dalam dunia perikanan seakan tidak ada habisnya untuk terus digali dan dikembangkan potensinya. Dari hasil tangkapan ikan yang didapatkan, proses budidaya, termasuk didalamnya kebutuhan pakan ikan. Jika dalam artikel sebelumnya kita membahas secara global mengenai pakan ikan, kali ini kita akan bahas lebih dalam lagi mengenai pakan ikan buatan sebagai sebuah peluang usaha. Pada bagian ini dijelaskan macam bahan yang bisa digunakan sebagai bahan pembuatan pakan ikan berikut cara pembuatan serta kandungan gizinya. Dengan ketersediaan bahan yang cukup melimpah dengan harga relatif murah, proses pembuatan yang cukup mudah serta daya serap pasar yang cukup tinggi, menjadikan usaha pakan ikan buatan sebagai peluang usaha yang menjanjikan.

Ada berbagai macam bahan yang dapat dijadikan bahan baku pembuatan pakan ikan buatan. Secara umum dibagi menjadi : bahan hewani (berasal dari hewan) serta bahan nabati (berasal dari tumbuh-tumbuhan. Disamping bahan baku utama pada umumnya diberikan bahan tambahan yang diperlukan sebagai penyempurna pakan buatan tersebut, diantaranya sebagai perasa dan bahan perekat. Secara detai akan dijelaskan sebagai berikut :

BAHAN HEWANI

A. Tepung Ikan

Bahan baku tepung ikan adalah jenis ikan rucah (tidak bernilai ekonomis) yang berkadar lemak rendah dan sisa-sisa hasil pengolahan. Ikan difermentasikan menjadi bekasem untuk meningkatkan bau khas yang dapat merangsang nafsu makan ikan. Lama penyimpanan < 11-12 bulan, bila lebih dapat ditumbuhi cendawan atau bakteri, serta dapat menurunkan kandungan lisin yang merupakan asam amino essensial yang paling essensial sampai 8%.

Kandungan gizi:

Protein : 22,65%;

Lemak : 15,38%;

Abu : 26,65%;

Serat : 1,80%;

Air : 10,72%;

Nilai ubah : 1,5-3

Cara pembuatannya:

1. Ikan direbus sampai masak, diwadahi karung, lalu diperas.

2. Air perasan ditampung untuk dibuat petis/diambil minyaknya.

3. Ampasnya dikeringkan dan digiling menjadi tepung.

B. Tepung Rebon dan Benawa

Rebon adalah sejenis udang kecil yang merupakan bahan baku pembuatan terasi. Benawa adalah anak kepiting laut. Rebon dan Benawa muncul pada awal musim hujan di sekitar muara sungai, mengerumuni benda yang terapung.

Cara pembuatan:

· Bahan direbus sampai masak, diwadahi karung, lalu diperas

· Ampasnya dikeringkan dan digiling menjadi tepung.

Kandungan gizi:

Protein: Udang rebon : 59,4% (udang rebon), 23,38% (benawa);

Lemak : 3,6% (Udang rebon), 25,33% (Benawa);

Karbohidrat : 3,2% (Udang rebon), 0,06% (benawa);

Abu : 11,41% (Benawa);

Serat : 11,82% (Benawa);

Air : 21,6% (Udang rebon); 5,43% Benawa ,

Nilai ubah Benawa : 4-6

C. Tepung Kepala Udang

Bahan yang digunakan adalah kepala udang, limbah pada proses pengolahan udang untuk ekspor.

Cara pembuatannya:

· Bahan direbus, dijemur sampai kering dan digiling;

· Tepung diayak untuk membuang bagian-bagian yang kasar dan banyak mengandung kitin.

Kandungan gizinya:

Protein : 53,74%;

Lemak : 6,65%;

Karbohidrat : 0%;

Abu : 7,72%;

Serat kasar : 14,61%;

Air : 17,28%.

D. Tepung Anak Ayam

Bahan: anak ayam jantan dari perusahaan pembibitan ayam petelur.

Cara pembuatan:

· Anak-anak ayam dimatikan secara masal, bulu-bulunya dibakar dengan lampu semprot. Kemudian direbus sampai kaku (setengah masak).

· Diangin-anginkan sampai kering dan digiling beberapa kali sampai halus. Hasil gilingan yang masih basah disebut pasta dan dapat langsung digunakan.

· Pasta dapat dikeringkan dan digiling menjadi tepung.

Kandungan gizinya:

Protein : 1,65%,

Lemak : 7,30%,

Abu : 2,34%,

Air : 8,80%,

Nilai ubah : 5-8.

Juga mengandung hormon, enzim, vitamin, dan mineral yang dapat merangsang nafsu makan dan pertumbuhan.

E. Tepung Kepompong Ulat Sutra

Bahan: kepompong ulat sutra yang merupakan limbah industri pemintalan benang sutra alam.

Kandungan gizinya:

Protein : 46,74%,

Lemak : 29,75%,

Abu : 4,86%,

Serat : 8,89%,

Air : 9,76%,

Nilai ubah : 1,8.

F. Ampas Minyak Hati Ikan

Bahan: ampas hati ikan yang telah diperas minyaknya.

Cara pembuatannya:

· Digunakan sebagai pasta, karena kandungan lemaknya tinggi, sehingga sukar dikeringkan.

· Digiling halus sampai bentuknya seperti pellet.

Kandungan gizinya:

Protein : 25,08%,

Lemak : 56,75%,

Abu : 6,60%,

Air : 12,06%,

Nilai ubah : 8.

G. Tepung Darah

Bahan: darah, limbah dari rumah pemotongan ternak.

Cara pembuatannya:

darah beku yang masih mentah dimasak dan dikeringkan, kemudian digiling menjadi tepung.

Kandungan gizinya:

Protein : 71,45%,

Lemak : 0,42%,

Karbohidrat : 13,12%,

Abu : 5,45%,

Serat : 7,95%,

Air : 5,19.

Proteinnya sukar dicerna, sehingga penggunaannya untuk ikan < 3% dan untuk udang < 5%.

H. Silase Ikan

Silase adalah hasil olahan cair dari bahan baku asal ikan/limbahnya.

Bahan: ikan rucah dan limbah pengolahan.

Cara pembuatan :

1. Bahan dicuci, dicincang kecil-kecil, kemudian digiling. Hasil gilingan direndam dalam larutan asam formiat 3% 24 jam, kemudian diperas.

2. Air perasan ditampung dan lapisan minyak yang mengapung di lapisan atas disingkirkan. Cairan yang bebas minyak dicampur dengan ampas dan ditambah asam propionat 1%, untuk mencegah tumbuhnya bakteri/cendawan dan menambah daya awet ± 3 bulan dengan pH ± 4,5. (4) Bahan diperam selama 4 hari dan diaduk 3- 4 kali sehari

3. Bahan cair yang bersifat asam dapat dicampur dengan dedak, ketela pohon/tepung jagung dengan perbandingan 1:1, dikeringkan dan digunakan untuk campuran dalam ramuan makanan.

Kandungan gizinya:

Protein : 18-20%,

Lemak : 1-2%,

Abu : 4-6%,

Air : 70 – 75%,

Kapur : 1-3%,

Fosfor : 0,3-0,9%.

I. Arang Bulu Ayam dan Tepung Tulang

Bahan: arang bulu ayam, tulang ternak.

Cara pembuatan:

Tulang dipotong sepanjang 5-10 cm, direbus selama 2-4 jam dengan suhu 100 derajat C, kemudian dihancurkan hingga menjadi serpihan-serpihan sepanjang 1-3 cm. Serpihan tulang direndam dalam air kapur 10% selama 4-5 minggu dan dicuci dengan air tawar. Pemisahan selatin dengan jalan pemanasan 3 tahap, yaitu pada suhu 60 derajat C selama 4 jam, suhu 70 derajat C selama 4 jam, dan 100 derajat C selama 5 jam. Pemrosesan selatin. Tulang dikeringkan pada suhu 100 derajat C, sampai kadar airnya tinggal 5% dan digiling hingga menjadi tepung. Pengemasan dan penyimpanan.

Kandungan gizinya:

Protein : 25,54%,

Lemak : 3,80%,

Abu : 61,60%,

Serat : 1,80%,

Air : 5,52%.

J. Tepung Bekicot

Bahan: daging bekicot mentah dan daging bekicot rebus.

Cara pembuatan:

Daging bekicot dikeringkan lalu digiling. Untuk campuran makanan sebesar 5-15%.

Kandungan gizi:

Protein : 54,29%,

Lemak : 4,18%,

Karbohidrat : 30,45%,

Abu : 4,07%,

Kapur : 8,3%,

Fosfor : 20,3%,

Air : 7,01.

K. Tepung Cacing Tanah

Dapat menggantikan tepung ikan, dapat diternak secara masal.

Jumlah penggunaan dalam ramuan 10-25%.

Cara pembuatan: Cacing dikeringkan lalu digiling.

Kandungan proteinnya 72% dan mudah diserap dinding usus.

L. Tepung Artemia

Dapat menggantikan tepung ikan/kepala udang.

Kandungan protein (asam amino essensial) untuk burayak 42% dan dewasa 60%, sedangkan asam lemak tak jenuh untuk burayak 20% dan dewasa 10%. Daya cernanya tinggi.

M. Telur Ayam dan Itik

Bahan: telur mentah atau telur rebus.

Penggunaan: Telur mentah langsung dikopyok dan dicampur dengan bahan lain. Telur rebus, diambil kuningnya, dihaluskan dan dilarutkan sampai membentuk emulsi atau suspensi.

Kandungan gizinya:

Protein : 12,8%,

Lemak : 11,5%,

Karbohidrat : 0,7%,

Air : 74%.

N. Susu

Bahan: tepung susu tak berlemak (skim).

Kandungan gizi:

Protein : 35,6%

Lemak : 1,0%

Karbohidrat : 52,0%,

Air : 3,5%

BAHAN NABATI

A. Dedak

Bahan : dedak padi ada 2, yaitu dedak halus (katul) dan dedak kasar. Dedak yang paling baik adalah dedak halus yang didapat dari proses penyosohan beras.

Kandungan gizi:

Protein : 11,35%

Lemak : 12,15%,

Karbohidrat : 28,62%,

Abu : 10,5%,

Serat kasar : 24,46%,

Air : 10,15%,

Nilai ubah : 8.

B. Dedak Gandum

Bahan: hasil samping perusahaan tepung terigu. Tepung yang paling baik untuk pakan ikan adalah “wheat pollard” dengan

Kandungan gizi :

Protein : 11,99%,

Lemak : 1,48%,

Karbohidrat : 64,75%,

Abu : 0,64%,

Serat kasar : 3,75%,

Air=17,35%,

Nilai ubah : 2-3.

C. Jagung

Terdapat 2 jenis, yaitu:

1. Jagung kuning, mengandung protein dan energi tinggi, daya lekatnya rendah;

2. Jagung putih, mengandung protein dan enrgi rendah, daya lekatnya tinggi. Sukar dicerna ikan, sehingga jarang digunakan.

D. Cantel/Sorgum

Berwarna merah, putih, kecoklatan. Warna putih lebih banyak digunakan. Mempunyai zat tanin yang dapat menghambat pertumbuhan, sehingga harus ditambah metionin/penyosohan yang lebih baik.

Kandungan gizi:

Protein : 13,0%,

Lemak : 2,05%,

Karbohidra : 47,85%,

Abu : 12,6%,

Serat kasa : 13,5%,

Air : 10,64%,

Nilai ubah : 2-5.

E. Tepung Terigu

Berasal dari biji gandum, berfungsi sebagai bahan perekat.

Kandungan gizi:

Protein : 8,9%;

Lemak : 1,3%;

Karbohidrat : 77,3%;

Abu : 0,06%;

Air : 13,25%.

F. Tepung Kedele

Keuntungan : mengandung lisin asam amino essensial yang paling essensial dan aroma makanan lebih sedap, penggunaannya ± 10%.

Kekurangan: mengandung zat yang dapat menghambat enzim tripsin,dapat dikendalikan dengan cara memasak.

Kandungan gizi:

Protein : 39,6%,

Lemak : 14,3%,

Karbohidrat : 29,5%,

Abu : 5,4%,

Serat : 2,8%,

Air : 8,4%,

Nilai ubah : 3-5.

G. Tepung Ampas Tahu

Kandungan gizinya:

Protein : 23,55%,

Lemak : 5,54%,

Karbohidrat : 26,92%,

Abu : 17,03%,

Serat kasar : 16,53%,

Air : 10,43%.

H. Tepung Bungkil Kacang Tanah

Bungkil kacang tanah adalah ampas pembuatan minyak kacang.

Kelemahannya: dapat menyebabkan penyakit kurang vitamin, dengan gejala sirip tidak normal dan dapat dicegah dengan membatasi penggunaannya.

Kandungan gizi:

Protein : 47,9%,

Lemak :10,9%,

Karbohidrat : 25,0%,

Abu : 4,8%,

Serat kasar : 3,6%,

Air : 7,8%,

Nilai ubah : 2,7-4.

I. Bungkil Kelapa

Bungkil kelapa adalah ampas dari proses pembuatan minyak kelapa. Sebagai bahan ramuan dapat dipakai sampai 20%.

Kandungan gizi :

Protein : 17,09%,

Lemak : 9,44%,

Karbohidrat : 23,77%,

Abu : 5,92%,

Serat kasar : 30,4%,

Air : 13,35%.

J. Biji Kapuk/Randu

Bahan: bungkil kapuk yang telah diambil minyaknya.

Kelemahannya: Mengandung zat siklo-propenoid yang bersifat bius. Penggunaannya < 5%. Kandungan gizinya:

Protein : 27,4%,

Lemak : 5,6%,

Karbohidrat : 18,6%,

Abu : 7,3%,

Serat kasa : 25,3%,

Air : 6,1 %.

K. Biji Kapas

Bahan: bungkil dari pembuatan minyak. Kelemahannya: mengandung zat gosipol yang bersifat sebagai racun, yaitu merusak hati dan perdarahan/pembengkakan jaringan tubuh. Untuk penggunaannya harus dimasak dulu.

Kandungan gizi:

Protein : 19,4%,

Lemak : 19,5%,

Asam lemak linoleat : 47,8%,

Asam lemak palmitat : 23,4%,

Asam lemak oleat : 22,9%.

L. Tepung Daun Turi

Kelemahannya: mengandung senyawa beracun : asam biru (HCN), lusein, dan alkoloid-alkoloid lainnya.

Kandungan gizinya:

Protein : 27,54%,

Lemak : 4,73%,

Karbohidrat : 21,30%,

Abu : 20,45%,

Serat kasar : 14,01%,

Air : 11,97 %.

M. Tepung Daun Lamtoro

Kelemahannya: mengandung mimosin, dalam pemakaiannya < 5% saja.

Kandungan gizinya:

Protein : 36,82%, Lemak : 5,4%,

Karbohidrat : 16,08%,

Abu : 1,31%,

Serat kasar : 18,14%,

Air : 8,8%.

N. Tepung Daun Ketela Pohon

Kelemahannya: racun HCN/asam biru.

Kandungan gizi:

Protein=34,21%,

Lemak : 4,6%,

Karbohidrat : 14,69%,

Air : 0,12.

O. Isi Perut Besar Hewan Memamah biak

Bahan: dari rumah pemotongan ternak.

Cara pembuatan: dikeringkan, digiling sampai menjadi tepung.

Kandungan gizinya:

Protein : 8,39%,

Lemak : 5,54%,

Karbohidrat : 33,51%,

Abu : 17,32%,

Serat kasar : 20,34%,

Air : 14,9%,

Nilai ubah : 2.

BAHAN TAMBAHAN

A. Vitamin dan Mineral

1. Cara memperoleh: dari toko penjual makanan ayam (poultry shop) yang sudah dikemas dalam bentuk premiks (premix).

2. Premix tersebut mengandung vitamin, mineral, dan asam-asam amino tertentu.

3. Contoh-contoh merek dagang:

· Top mix: mengandung 12 macam vitamin (A, D, E, K, B kompleks), 2 asam amino essensial (metionin dan lisin) dan 6 mineral (Mn, Fe, J, Zn, Co dan Cu), serta antioksidan (BHT)

· Rhodiamix: mengandung 12 macam vitamin (A, D, E, K, B kompleks), asam amino essensia metionin, dan 8 mineral (Mg, Fe, Mo, Ca, J, Zn, Co dan Cu), serta antioksidan.

· Mineral B12: mengandung tepung tulang, CaCO3 , FeSO4 , MnSO4 , KI, CuSO4 , dan ZnCO3 , serta vitamin B12 (sianokobalamin).

· Merek lain: Aquamix, Rajamix U, Pfizer Premix A, Pfizer Premix B.

4. Penggunaannya : Untuk ikan 1-2% dan untuk udang 10-15%.

A. Garam Dapur (NaCl)

1. Fungsi: sebagai bahan pelezat (gurih), mencegah terjadinya proses pencucian zat-zat lain yang terdapat dalam ramuan makanan ikan.

2. Penggunaannya cukup 2%.

Bahan Perekat

1. Contoh bahan perekat: agar-agar, gelatin, tepung terigu, tepung sagu, dll. Yang paling baik adalah tepung kanji dan tapioka.

2. Penggunaannya cukup 10%.

Antioksidan

1. Bahan: fenol, vitamin E, vitamin C, etoksikulin (1,2dihydro-6-etoksi-2,2,4 trimethyquinoline), BHT (butylated hydroxytoluena), dan BHA (butylated hydroxyanisole).

2. Penggunaannya: etoksikulin 150 ppm, BHT dan BHA 200 ppm.

Ragi dan Ampas Bir

1. Ragi adalah sejenis cendawan yang dapat merubah karbohidrat menjadi alkohol dan CO2.

2. Macam ragi: ragi tape, ragi roti, dan bir.

3. Kandungan gizi:

Protein : 59,2%,

Lemak : 0,

Karbohidrat : 38,93%,

Abu : 4,95%,

Serat kasar : 0,

Air : 6,12%.

4. Ampas bir merupakan limbah pengolahan bir.

5. Kandungan gizinya: Protein=25,9%, Serat kasar=15%

6. Penggunaannya: ampas bir basah 3-6% dan kering 10%.

Mempercepat Pertumbuhan Ikan Budidaya Dengan Probiotik

Pertumbuhan Ikan Budidaya yang cepat tidak hanya membuat hati senang tetapi juga menekan pengeluaran untuk pakan,mempercepat masa panen dan ikan bisa dipanen dalam ukuran yang seimbang. Banyak pengalaman petani budi daya ikan harus melakukan panen secara bertahap karena ukuran ikan saat ditebar sama tetapi mengalami pertumbuhan yang berbeda-beda. Karena itu beberapa rekayasa dan upaya dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan ikan dan ukuran yang seragam dengan demikian efisiensi produksi budi daya ikan menjadi cukup baik. Beberapa petani ikan menempuh cara dengan memberikan makanan berprotein tinggi dan memberikan makanan alami seperti keong, bekicot dan lain-lain. Akan tetapi pemberian pakan alami terkendala karena tidak praktis. Pada beberapa budi daya ikan seperti budi daya ikan guramih, Ikan Lele, Ikan Nila, Ikan mas dan lain sebagainya, pemberian probiotik telah dirasakan manfatnya dalam mempercepat pertumbuhan dalam budidaya ikan.

Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang sangat bermanfaat bagi makhluk hidup. Mikroorganisme yang terkandung pada Probiotik mampu membantu pencernakan makanan pada tuhuh hewan dan manusia sehingga makanan yang mengandung probiotik akan mampu dicerna dan diserap tubuh dengan baik. Selain itu probiotik mampu meningkatkan kekebalan tubuh dari serangan penyakit.

Pada Budi Daya Ikan probiotik diberikan sebagai campuran makanan dan ada yang ditaburkan pada kolam pemeliharaan. Untuk Probiotik yang dicampur pakan, bisa dicampurkan dengan pakan buatan pabrik (pelet) maupun pakan alami seperti daun-daunan. Penebaran probiotik pada kolam akan membantu tumbuhnya plankton-plankton dan mikroorganisme lainnya dalam air kolam sebagai makanan alami ikan. Probiotik jenis ini akan menggemburkan dasar kolam sekaligus memelihara kualitas air seperti Nature atau Super Plankton. Probiotik ini cukup diguyurkan ke air kolam pada pagi hari setiap dua minggu sekali supaya air selalu sehat, tidak blooming dan penuh dengan plankton sebagai pakan alami.

Pengalaman dari Himawas Atasasih, pemilik HMPS di Jl Sutijap 23 Wates, Kulonprogo, Para petani Ikan Guramih Kulonprogo sudah terbiasa memakai probiotik dicampur pakan. Misalnya, probiotik RajaGrameh, RajaLele, MasterFish, SPF atau Nature yang mudah diperoleh di toko pakan ternak atau toko pertanian. Dengan campuran probiotik dan pelet membuat metabolisme dan pencernaan ikan sempurna. Sebagian besar, 90% pakan yang masuk ke tubuh akan menjadi daging ikan.

Pengalaman Pak Jumadi, petani gurami dari Desa Ceme, Srigading, Sanden, Bantul membenarkan pemberian probiotik sangat membantu pertumbuhan ikan. Saat melihat di kolamnya banyak gurami stres dan mengambang bahkan beberapa mati, dia secepatnya mengguyurkan sebotol probiotik Nature campur segenggam gula pasir ke kolam. Keesokan harinya air kembali hijau jernih dan semua guraminya sehat kembali.

Pengalaman para petani ikan Gurami di Desa Jambidan, Bantul Yogyakarta telah meninggalkan cara konvensional budi daya guramih dan beralih ke cara modern dengan memanfaatkan probiotik. Budi Daya ikan dengan cara konvensional 30 kg pelet hanya menjadi 22 kg daging ikan, dengan sistem Guba (Gugus Simba) bisa menjadi 28-30 kg atau konversinya 1:1. Artinya, ikan lebih berbobot karena penambahan probiotik akan menjadikan 90% pakan menjadi daging dan hanya 10% yang dibuang sebagai amoniak.

Menurut Wiwied Usman, Sekjen PerMina sekaligus pembudi daya Ikan Gurami, Kelebihan lain penerapan sistem Guba, pertumbuhan lebih cepat sehingga waktu pemeliharaan lebih pendek. Bila dengan sistem konvensional untuk mencapai berat 1 kg butuh waktu dua tahun, dengan sistem Guba hanya butuh waktu satu tahun. Pengalaman mereka untuk mencapai 8-9 ons dari ukuran silet cukup dalam waktu 9 bulan dengan kombinasi pakan daun sekali sehari. Cara konvensional tanpa penambahan probiotik pada pakan, setahun baru mencapai berat 6-7 ons.

Pakar gurami dari Jurusan Perikanan UGM Ir Gandung Hardaningsih menguraikan, dari berbagai riset, probiotik memang terbukti bagus untuk pemeliharaan air kolam dan pemacu pertumbuhan ikan. Karena ada introduksi mikroba positif maka kolam menjadi lebih sehat dan ikan juga lebih kuat terhadap stres dan penyakit. Yang pasti, pertumbuhan ikan bisa sangat pesat karena probiotik juga merangsang nafsu makan.

“Saya kira probiotik akan menjadi andalan para petani ikan di masa depan karena manfaatnya sangat besar pada pertumbuhan ikan sehingga cukup berarti dengan keuntungan yang didapat,’’ tandasnya. Probiotik ibarat benteng pertahanan diri, sebaiknya diberikan sejak dini. Begitu bibit mau masuk kolam, tiga hari sebelumnya air kolam harus diguyur probiotik Nature atau SPF lebih dahulu agar kondisi air cepat matang dan tumbuh banyak plankton. Selanjutnya, pemberian probiotik untuk pemeliharaan air cukup dua minggu sekali atau ketika kondisi air menurun kualitasnya.

Perbandingan Hasil Budi Daya Ikan Gurami dengan Cara Konvensional dan Penambahan Probiotik

Biaya 1.000 ekor bibit gurami ukuran silet/korek dengan harga Rp 1.000,-/ekor , membutuhkan pakan 30 sak (harga Rp 210.000).
Total modal sekitar Rp 7,5 juta. Cara konvensional akan menghasilkan ikan sekitar 7 kuintal. Dengan harga panen Rp 20.000 /kg pendapatan petani sekitar Rp 14 juta.
Keuntungan sekitar Rp 6 jutaan.

Sistem Guba memberikan terobosan pada berat ikan. Dengan penambahan probiotik seperti RajaGrameh, RajaLele, Nutrisi Simba, ditambah SPF yang dicampurkan pada pakan maka hasil panen bisa mencapai 9 kuintal. Berarti pendapatan petani mencapai Rp 18 juta. Jadi, ada selisih 2 kuintal, senilai Rp 4 juta, jauh lebih untung dibanding cara biasa.

Biaya tambahan untuk membeli probiotikpun tidaklah mahal, dua tutup RajaGrameh ditambah 1 tutup SPF untuk mencampur 5 kg pakan pelet, terbukti hasilnya luar biasa. Padahal untuk 30 sak pakan hanya dibutuhkan biaya tambahan untuk pembelian probiotik Rp 400 ribu saja. Yakni, untuk pemacu tumbuh Rp 200 ribu, untuk penambah bobot Rp 100 ribu, dan untuk pengobatan Rp 100 ribu. Jadi, penambahan biaya Rp 400 ribu, tambahan keuntungannya Rp 4 juta.