Jumat, 27 Januari 2012

Manfaat Kombinasi ekstrak daun ketapang

Klasitikasi ikan patin menurut Rainboth (1996) dalam Savela (2004),
adalah sebagai berikut :
Filurn : Chordata
Kelas : Pisces
Sub Klas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Famili : Pangasidae
Genus : Pangasionodon
Spesies : Pangasionodon hypopthalmus
Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan yang saat ini banyak
dibudidayakan, karena memiliki prospek yang cerah dan diminati masyarakat
sehingga harga jualnya tinggi. Selain itu ikan patin memiliki kelebihan yaitu rasa
dagingnya lezat dan gurih, ukuran per individunya besar, tingkat perturnbuhan
cepat dan mudah untuk dibudidayakan. Ikan patin cukup potensial untuk
dibudidayakan di berbagai media pemeliharaan. Media pemeliharaan kolarn,
keramba dan jala apung dapat digunakan untuk memelihara ikan patin (Susanto
dan Amri, 1999).
Ikan patin pertarna kali didatangkan dari Bangkok ke Indonesia pada tahun
1972 (Anonimous, 2005 dalam Lesmanawati, 2006). Ikan ini memiliki ciri-ciri
badan memanjang benvama putih seperti perak dengan punggung benvama
kebiruan. Panjang tubuhnya bisa mencapai 120 cm. Kepala patin relatif kecil
dengan mulut terletak diujung kepala sebelah bawah, yang menandakan bahwa
ikan patin termasuk ikan dasar dan pada sudut mulutnya terdapat dua pasang
sungut pendek yang berhngsi sebagai peraba (Susanto dan Amri, 1999).
Ikan patin bersifat noktumal (aktifitas di malam hari) dan termasuk ke
dalam golongan ikan omnivora atau ikan pemakan segala. Di alam makanan ikan
patin antara lain ikan-ikan kecil, cacing, detritus, serangga, biji-bijian, udang kecil
dan moluska. Habitat ikan patin adalah sungai-sungai besar dan muara sungai
yang terbesar di Indonesia, India, dan Myanmar.

Bakteri Aeromonas hydrophila
Bakteri Aeromonas hydrophila umumnya hidup di air tawar yang
mengandung bahan organik tinggi. Ciri utama bakteri A. hydrophila adalah
berbentuk batang, berdiameter 0,3 - 1,O mikrometer dan panjang 1,O -3,5
mikrometer, bersifat Gram negatif, hidup pada temperatur optimal 22 - 2g°C,
gelatinase positif (Holt et a[., 1994). Selain itu bakteri ini juga bersifat fakultatif
aerobik (dapat hidup dengan atau tanpa oksigen) yang mengubah karbohidrat
menjadi asam dan gas, tidak berspora, bersifat motil (bergerak aktif) karena
memiliki flagel (Monotrichous flagella) yang keluar dari salah satu kutubnya,
koloni bakteri ini pada media agar benvarna putih kekuningan, bentuk bulat
cembung, oksidase sitokrom dan reaksi katalase positif. Bakteri ini senang hidup
di lingkungan perairan bersuhu 15 - 30°C dan pH antara 53-9 (Ghufran dan
Kordi, 2004). A. hydrophila merupakan bakteri agen penyebab penyakit BHS
(Bacterial Hemorrhagic Septicemia) atau MAS (Motil Aeromonad Septicemia)
(Irianto, 2005).
Bakteri A. hydrophila menyerang hampir semua jenis ikan air tawar dan
merupakan organisme oportunis karena penyakit yang disebabkannya mewabah
pada ikan-ikan yang mengalami stres atau pada pemeliharan dengan padat tebar
tinggi. Serangan bakteri ini bersifat laten (berkepanjangan), sehingga tidak
memperlihatkan gejala penyakit meskipun telah dijumpai pada tubuh ikan.
Serangan bakteri ini baru terlihat apabila ketahanan tubuh ikan menurun akibat
stres yang disebabkan menurunnya kualitas air, kekurangan pakan atau
penanganan ikan yang kurang baik. Menurut Amlacher (1961) dalam Snieszko
dan Axelrod (1971) terdapat empat tingkatan serangan A. hydrophila, yaitu :
1. Akut : Septisemia yang fatal, infeksi cepat dengan sedikit tanda-tanda
penyakit yang terlihat.
2. Sub Akut : Gejala dropsi , lepuh, abses, perdaiahan pada sisik.
3. Kronis : Gejala tukak, bisul, abses yang perkembangannya berlangsung
lama.
4.Laten : Tidak memperlihatkan gejala penyakit, namun pada organ
dalam terdapat bakteri penyebab penyakit.
Tanda-tanda klinis infeksi A. hydrophila bervariasi, tetapi pada umumnya
ditunjukkan dengan adanya hemoragic pada kulit, insang, rongga mulut dan borok
pada kulit yang dapat meluas ke jaringan otot. Secara histopatologis tampak
tejadinya nekrosis pada limpa, hati, ginjal dan jantung (Austin dan Austin, 1993).
Selain itu, ikan yang terserang bakteri A. hydrophila juga memperlihatkan
gejala-gejala bempa : warna tubuh ikan menjadi gelap, kemampuan berenang
menurun, mata ikan msak dan sedikit menonjol, sisik terkuak, seluruh siripnya
rusak, insang benvama merah keputihan, ikan terlihat megap-megap di
permukaan air, kulit ikan menjadi kasat (Ghufran dan Kordi, 2004).
Thune el al., (1982) dalam Angka (2005) menemukan bahwa A.
hydrophila menghasilkan eksotoksin dan endotoksin. Eksotoksin terdiri atas
hemosilin, protease, sitotoksin, dan endotoksin. Karakteristik bakteri A.
hydrophzla di perairan sangat beragam yang disebabkan oleh perbedaan produksi
endotoksin dan eksotoksin yang tidak sama untuk setiap galumya (Angka, 2005).
Munro (1992) dalam Hanafi (2006) mengatakan bahwa endotoksim atau
lipopolisakarida (LPS) dari bakteri Gram negatif adalah toksik karena dapat
menginduksi berbagai kondisi patologi, termasuk shock, hemoragic, fever, dan
kematian.
Strain A. hydrophila juga diketahui memilih R-plasmid, yang diduga
berperan dalam resistensi terhadap antibiotika. Menurut Borrego el a1 (1990)
dalam Martiningsih (1994) strain yang memiliki daya tahan terhadap
antimikrobial, potensi patogeniknya lebih tinggi daripada strain tanpa faktor Rplasmid.

Daun ketapang (Terminalia cattapa L.)
Bahan antibakteri adalah suatu senyawa kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan ataupun membunuh bakteri. Kualitas atau kemampuan daya
antibakterial ini ditentukan oleh aktivitas dan spektrurn zat tersebut terhadap
bakteri (Sanusi, 2000 dalam Agustian, 2007).

aroma seperti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ikutan nimbrung yuk...